Inilah
kisahnya. Dusun Beluk, sebuah dusun kecil, hanya memanjang bagai garis
lurus dari utara ke selatan. Beluk artinya burung hantu. Ada seekor burung
hantu yang bersarang di satu pohon besar di areal kuburan dusun Beluk. Sejarah
Dusun Beluk adalah sejarah pertentangan tanpa rujuk. Seolah-olah, perselisihan menjadi kutukan para leluhur, ditandai dengan suara burung hantu pada malam hari
sebelum peristiwa. Suara beluk juga menandai kematian seorang tokoh.
Dahulu, hanya ada satu masjid
di bagian utara dusun dan satu mushola di bagian selatan. Awalnya, ada pesantren
di sekitar masjid utara milik keluarga sang Kyai. Lalu, mati suri karena ditinggal wafat sang Kyai, sementara para penerus dari keturunannya masih belajar di pesantren
lain. Malam sebelum sang Kyai wafat, suara burung hantu nyaring terdengar di
telinga warga.
Setelah tamat belajar, para
penerus itu pulang. Dipimpin oleh sang paman -seorang Kyai yang telah merantau
puluhan tahun di daerah seberang- mulailah pesantren dihidupkan dan ditata kembali. Pada
saat yang sama datanglah seorang anak muda, jebolan pesantren. Ia bukan berdarah biru.
Ia berasal dari keluarga di bagian selatan Dusun Beluk. Dia mencoba bergabung
dengan keluarga masjid utara, berusaha membantu berdirinya pesantren. Dia punya pamrih. Dia ingin menikahi gadis
keturunan keluarga masjid.
Namun,
ditentang keluarga masjid, khususnya sang paman, yang mengetahui pemuda itu
mencoba menjampi-jampi keponakannya.
Malam itu, suara burung hantu dari
pohon besar menggema di Dusun Beluk. Pemuda ini marah dan memberontak. Dia
hengkang bersama para pengikutnya dengan membawa beberapa peralatan belajar. Lalu,
mereka bermarkas di mushola di bagian selatan dusun. Dimulailah rencana besar
membangun pesantren di dusun bagian selatan, diawali dengan membangun masjid. Maka,
di Dusun Beluk yang kecil itu berdiri dua masjid : utara dan selatan. Dengan
pesantren baru yang dibangunnya, anak muda itu menyandang gelar kyai, sebut
saja sebagai kyai muda.
Sejak itu, intrik-intrik
perselisihan antara keluarga masjid utara dan kyai muda itu merembet ke
masyarakat. Orang dusun mulai ikut-ikutan berpihak. Jadilah dua blok, blok masjid
utara dan blok masjid selatan.
Ada sebagian warga di dekat masjid
utara berpihak ke masjid selatan. Mereka menunaikan sholat fardhu berjamaah dan
sholat Jumat di masjid selatan. Begitu sebaliknya, ada sebagian warga yang
lebih dekat masjid selatan, tetapi tetap memilih menunaikan sholat Jumat di masjid
utara. Demikian juga dengan sholat idul fitri. Kadang, masjid selatan ber-idul
fitri lebih dulu. Masjid utara, belakangan.
Pesantren selatan berkembang
dengan pesat. Kepandaian kyai muda untuk menggalang dana dan mendapatkan
areal-areal sekitar pesantren membuat bangunan pesantren terus bertambah besar.
Banyak santri berdatangan dari luar dusun.
Sementara, pesantren utara
berjalan terseok-seok. Suara burung hantu kembali terdengar. Sang paman,
sebagai kyai sepuh, meninggal dunia, diawali dengan sakit yang misterius.
Pesantren utara makin terpuruk.
Dengan dua pesantren, jadilah
dusun Beluk sebagai dusun santri. Lingkungan dan suasananya bisa mengubah seorang yang bejat menjadi
baik. Orang yang tak pernah sholat menjadi rajin sholat. Orang yang gemar berjudi,
minuman keras akan malu sendiri, karena tak ada teman. Ia harus melakukannya di
luar dusun. Yang kehidupannya merah akan menjadi hijau.
Tak berapa lama, suara burung
hantu kembali nyaring. Sang kyai muda wafat meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil. Sang adik mewarisi pesantren mesjid selatan yang sudah
terkelola dengan bagus.
Sejak meninggalnya dua tokoh
kyai itu, warga dusun mulai lupa dengan perselisihan itu.
Tiba-tiba, suara burung hantu
kembali mengusik ketenangan. Warga terhenyak dengan permusuhan perebutan harta
warisan antara dua pamong desa, hingga hubungan keluarga dan kerabat tercerai-berai. Tak ada tegur sapa, meski rumah saling berhadapan. Semua berawal dari
rasa iri dengki yang berujung dendam dan permusuhan.
Dan masih banyak peristiwa pertentangan yang terjadi. Semua ditandai oleh suara beluk di pohon besar.
Begitulah Dusun Beluk, dusun
santri yang penuh perselisihan. Dan lambat laun menjadi hal biasa.
Lama tak lagi terdengar suara
burung beluk. Kabarnya, seorang Ustadz muda telah menangkapnya dan
menyerahkannya ke kebun binatang di satu kota besar. Suara burung hantu itu memenuhi
kebun binatang. Sejak itu, perselesihan dan permasalahan tak henti-hentinya
merundung kebun binatang itu. Sang Ustadz
muda mendatangi pengelola kebun binatang dan menyarankan agar burung hantu itu
dilepas agar bebas terbang di angkasa.
Kini, suara burung hantu itu
menggema di langit negeri. Dan tiba-tiba saja perselisihan, pertentangan antara
dua kubu capres bak virus yang mewabah menjangkiti rakyat. Saling mencemooh dan
menfitnah. Korban berjatuhan. Sedihnya,
saling cibir dan fitnah itu tak jua berakhir meski presiden telah terpilih. Sakit hati, hasud dan fanatik buta menjadi
landasan berpijak. Bahkan, nyinyir sudah menjadi karakter.
Sang Ustadz muda menyesal. Lalu,
ia memutuskan untuk memburu burung hantu itu. Ia ingin melenyapkannya.
***