Pagi tak
pernah bohong. Sebelum kiamat, ia pasti datang. Meski diriku berharap jalannya
waktu berhenti, itu hanyalah harapan dari jiwa yang tak mau berpisah.
Tanpa kata
berpisah, cinta hanyalah omong kosong. Ini hanya soal waktu dan jarak saja.
Bukan perpisahan yang tragis seperti rumah tangga artis.
“Kamu gak
usah mengantar sampai Jogja…., aku naik kereta saja.” Kataku. “Perjalanan
balikmu dari Jogja malah jadi beban pikiranku.” Ia hanya diam. Ada yang berat
dalam hembusan nafasnya.
***
Kupeluk dua
Odeku. Seperti biasa setiap aku akan pergi jauh, kuusap kepalanya sambil kubaca
doa-doa perlindungan buat mereka, lalu kutiup kepala mereka.
“Kakak jaga
adik ya…”
“Adik jangan
nakal ya…. rajin belajar, rajin sholat dan rajin ngaji”
Entah sudah
berapa kali aku mengucapkan kalimat itu. Klise….karena setiap kali momen itu, aku
tak sanggup lagi memikirkan kalimat lainnya..
Pagi itu,
kuantar mereka sampai gerbang sekolah.
***
“Kalau sudah
landing di Banjarmasin, kirim kabar ya…”bisiknya pelan. Aku mengangguk. Kupakai
ransel dan kuangkat koperku masuk ke dalam kereta. Saat kereta mulai berangkat,
aku berdiri didepan pintu. Aku lambaikan tangan. Ia pun melambaikan tangannya,
matanya berkaca-kaca.
***
Kuumpat
diriku, karena tak mampu terus-menerus menemani mereka. Kupilih karir demi
mereka. Tapi benarkah? Sepertinya bukan. Ini hanyalah tentang diriku, tentang
pencapaian dalam hidupku, dan tentang kebanggaan.
Memang, manusia
tak pernah puas. Saat telah tiba di puncak dan bersemayam disana, puncak yang
lebih tinggi begitu menggoda. Dan aku pun tergiur….
***
Di
Banjarmasin, kutulis prasasti. Kuucapkan sumpah jabatan. Aku dilantik. Sejam
aku berdiri. Kakiku kesemutan...
***
Dan sore itu
menjadi saksi perjumpaanku dengan kantor baruku di PELAIHARI. Semoga ini bukan lagi
tentang diriku, karena PELAIHARI itu : PEluh
LAra Ini HAnya kaRena cInta.