Rumahnya berada di tengah. Hidup di kompleks memang serba
kompleks. Begitu juga dengan kedua tetangga yang berdampingan itu. Yang kanan,
baik hatinya dan selalu berprasangka baik. Yang kiri, lebih banyak berburuk
sangka dan pendengki. Dia menyebut tetangganya si kanan dan si kiri. Di dalam
cerita ini, dia dikaruniai kemampuan untuk mendengar suara tetangganya meski
dihalang tembok. Bisa juga karena saking tipisnya tembok antar rumah.
Ketika ia membeli seperangkat meja kursi tamu, ia mendengar si
kanan berkata: “Alhamdulillah, tetangga kita punya kursi baru. Kalau bertamu,
kita bisa duduk di kursi, tak lagi lesehan.”
Sedang si kiri berseloroh: “Bergaya, pake beli kursi baru…, emang
dia punya tamu,” katanya bersungut-sungut.
Kala ia mengadakan pesta ulang tahun anaknya, ia mendengar si kiri
berkata: “anak baru kemarin sore, udah diulang tahunin, emang ngerti dia… paling-paling
hanya buat nyari kado.”
Sebaliknya justru si kanan berdoa untuk kebaikan anaknya: “semoga
si Ay menjadi anak yang pintar dan sholehah.”
Waktu terus berputar membawanya pada rejeki yang cukup untuk
membeli mobil. Saat mobil barunya tiba, si kanan buru-buru mendatanginya untuk
mengucapkan selamat dan turut gembira. Sejurus kemudian mereka kaget mendengar
suara keras dari dalam rumah si kiri.
“Bruuaakkk!”
“Tolong…, tolong….!”
Teriak seorang anggota keluarga si kiri
sambil berlari keluar rumah. Katanya, si kiri jatuh pingsan dan menimpa rak
piring. Sebelum pingsan, darah tinggi si
kiri kumat setelah melihat mobil baru tetangganya itu.