Setelah wafat, baru kali ini ia
berziarah ke makam orang tuanya. Itu pun sekedar mampir. Kebetulan ada tugas ke
kota kampung halamannya.
Setelah singgah ke rumah kerabat, ia mendatangi
kuburan bapak ibunya. Ia membawa bungkusan kembang, sapu, sabit dan kendi
berisi air. Rumput yang menyelimuti dua makam yang berdampingan itu, ia bersihkan
tak tersisa.
Ia duduk bersimpuh. Wajahnya seperti orang bingung. Terlintas di
benaknya tayangan TV tentang orang yang berziarah kubur dg tahlil,
membaca Yasin atau surat Quran lainnya. Ia ingin seperti itu, tapi ia tidak
bisa tahlil dan membaca Quran. Fatihah pun terbata-bata. Orang tuanya tak
pernah mengajarinya.
Lalu, ia menabur bunga. Air dalam
kendi ia tuang merata ke atas makam. Dia pikir, agar bapak ibunya merasa adem
di alam kubur. Tiba-tiba terdengar suara.
“Kowe ki piye to Le.., gara-gara kamu siram air, tanah diatasku
jatuh masuk ke mataku. Aku kelilipen, Le…”
Ia kaget dan lari terbirit-birit. Bajunya robek tersangkut pagar kuburan.
***