Pagi tadi saya
ikut merayakan Hari Pangan. Sekitar pukul 7, saya bersama para PNS Pemda
berkumpul di halaman Kantor Bupati untuk mendengarkan sambutan Bupati dan
dilanjut senam pemanasan. Lalu, kami bergerak jalan santai. Ada kupon undian
yang membuat saya bersemangat. Saya punya ambisi untuk mendapatkan sepeda
gunung. Motivasi kedua adalah saya juga ingin menikmati pangan lokal selepas
jalan santai. Saya tahu, makanan khas daerah ini enak-enak. Dorongan ketiga, saya
ingin melihat wajah-wajah cantik para PNS daerah. Hehehe…
Selama perjalanan, sembari ngobrol dengan kawan-kawan, terbersit pikiran kotor. Seperti: foto kegiatan jalan santai ini bisa dipakai dan dimanipulasi menjadi kegiatan perayaan kantor. Tinggal sedikit teknik photoshop, jadilah. Tapi ini hanya bahan lelucon saja. Tak mungkinlah kami melakukannya, karena kami punya integritas.
Sepanjang jalan yang kami lewati, lalu lintas cukup terganggu. Kami memenuhi separuh lebih jalan. Saya berjalan sambil merenung. Saya mencoba berpikir seandainya saya adalah seorang yang bukan PNS dan pengguna jalan yang melintas. Kira-kira kalimat apa dalam pikiran saya yang bukan PNS itu?
Pikiran buruk sangkanya pasti begini.
“Ini para
PNS enak bener ya… ini kan hari kerja, bukannya bekerja malah jalan santai… menuhi
jalan lagi. Belum nanti, selepas acara, gak mungkin mereka akan ngantor. Karena
alasan bau keringat, mereka akan cepet pulang untuk mandi, ganti baju. Tapi karena
waktu sudah dekat jam istirahat, mereka juga tidak akan segera kembali ke
kantor. Beristirahatlah mereka di rumah lebih dulu. Artinya dari pagi sampai
siang mereka hari itu gak bekerja. Atau memang kerjanya ya jalan santai itu, ya….?”
Tapi, ada juga pikiran dengan prasangka baik.
“Ah gak
papa, wong cuman sekali-kali, gak
setiap hari begini. Ini kan juga dalam rangka Hari Pangan, siapa tahu dengan
begini mereka bisa mendorong, memicu masyarakat untuk selalu cinta produk lokal.
Anggap saja, jalan santai ini semacam kampanye, mereka sedang mengajak
masyarakat, menggaungkan program dan ini memang menjadi salah satu tugas
pemerintah. Kalau begitu, artinya mereka juga bekerja, bukan?”
Ah, sudahlah… itu hanya lintasan-lintasan pikiran. Tak semua orang sempat berpikir seperti itu.
Pada akhirnya, saya agak kecewa, karena gagal mendapatkan sepeda gunung. Tak satu pun doorprize lain yang saya peroleh. Nasib memang. Hampir-hampir di setiap undian berhadiah, saya selalu meleset. Tapi, saya masih beruntung bisa menikmati panganan lokal yang berbahan baku ubi dan ketela. Dan, tahukah Anda bagaimana rasanya? Sama dengan yang ada di kampung saya. Hehehe…
***