Meski
hidup mereka sederhana, istri Paijo selalu berkata-kata dengan pilihan kalimat yang
menyenangkan.
“Mas…,
dulu, hidup aku menderita. Tapi, sejak menjadi istrimu, hidup aku telah
berubah. Sekarang hidupku enak, semua kebutuhanku tercukupi dan aku bahagia.”
Mendengar
omongan seperti itu, Paijo senang dan makin cinta. Besoknya, dia ajak istrinya
ke Toko Perhiasan.
Sementara
itu,…..
Penghasilan
Paiman sebenarnya lumayan. Karena pengaruh pergaulan arisan, istri Paiman sok
bergaya sosialita dengan gonta-ganti gadget setiap bulan.
Dengan
bersungut-sungut, istri Paiman mulai mengoceh:
“Mas…,
aku mau ngomong, dengerin… Sejak dulu, hidupku itu enak, tak pernah kekurangan.
Semua kebutuhanku tercukupi oleh orang tuaku. Tapi, sejak menjadi istrimu,
hidupku jadi sengsara. Ngenes, Mas… Aku selalu kalah sama teman-temanku. Mereka
bisa beli perhiasan apa aja. HP mereka selalu baru. Aku mau beli gelang aja, harus
pinjem. Aku pengen smartphone baru, harus kredit....”
Paiman
jengkel, marah mendengar perkataan istrinya. Ia tertunduk lesu dengan muka
memerah. Istrinya terus bicara seperti itu hampir setiap hari. Sejak itu, Paiman
diam-diam mulai melirik perempuan lain. Istri Paijo.