Siang itu, Paijo pulang istirahat. Ia
menyantap makan siang ditemani istrinya.
“Hmmm…
luar biasa…, sayur asem kok segarnya kayak gini,” puji Paijo kepada istrinya.
Istri Paijo tersipu malu. Hatinya girang.
“Aku bikin kan minuman STMJ, Mas, ya…,” kata istrinya
sambil beranjak dari meja makan.
Paijo mengangguk tersenyum dengan menahan asin dan rasa
lengkuas yang terdampar di mulut dan sempat tergigit.
Gara-gara pujian itu dan tanpa harus Paijo minta, istrinya
begitu semangat menyajikan minuman penambah tenaga kegemarannya. Tentu, Paijo sadar
apa akibatnya.
“Sebentar, Dik…aku telepon Bosku dulu, mau kasih tahu
kalau aku agak telat balik kantor.”
“Iya, Mas…” kata istrinya yang sudah menunggu di kamar.
***
Sementara
itu, di kompleks perumahan sebelah, Paiman pulang istirahat dengan hati
dongkol. Ia jengkel kenapa bukan dia yang berangkat dinas luar. Dan
kegondokannya belum selesai.
“Sayur
asem kok kecutnya kayak gini… mosok isinya cuman asem. Kamu bisa masak gak
sih!” Kata Paiman.
Istri
Paiman mendelik, lalu melawan.
“Kamu
bilang apa, Mas… Dasar suami tak tahu terima kasih. Tadi, kamu sendiri kan yang
minta dibuatkan sayur asem. Terus, emangnya cukup dengan uang belanja segitu.
Dasar suami tak tahu diri……….bla….bla….bla…..”
Tiga
kalimat Paiman, dibalas istrinya dengan semprotan paragraf panjang.
Paiman
hanya diam menunduk. Rambutnya terlihat memutih. Beberapa helai kumisnya rontok
karena getaran suara istrinya.
***