Punya istri cantik membuat Paimin bangga, sekaligus khawatir. Sebelum
menjadi istrinya, banyak pemuda yang naksir. Paimin harus berjuang mengalahkan
mereka. Setelah menjadi istrinya, ternyata tetap saja, banyak yang berharap
status janda istrinya itu. Sepertinya banyak yang berdoa agar Paimin mati muda.
Dan sudah menjadi takdir, tiba-tiba Paimin terserang angin duduk dan tidak
tertolong.
Kini, Paimin sedang dimandikan. Dia saksikan istrinya menangis
sesenggukan. Tentu karena menyesali diri Paimin yang mati muda dan mungkin juga
meratapi nasibnya yang harus berstatus janda muda.
Dan kekhawatiran Paimin terbukti. Belum juga ia dikubur, ada saja lelaki
yang mulai mendekati istrinya.
“Yang sabar, Dik ya… ini sudah jadi takdir suamimu… manusia punya
ajalnya masing-masing. Jangan cemas soal nasibmu. Kalau ada kebutuhan apa saja,
bilang saja sama saya,” kata Kang Paijo, seorang duda kaya di desanya.
Istri Paimin hanya mengangguk, tak begitu menghiraukan.
Memang benar dugaan Paimin tempo hari, Kang Paijo naksir sama istrinya.
Tapi, yang membuat Paimin tidak terima, kok tega-teganya bilang seperti itu di
hadapannya. Paimin makin jengkel dengan kelakuan Kang Paijo yang terus mencoba
mendekat-dekat dan mencuri perhatian istrinya. Paimin pun berteriak menghardik.
“Kang, kamu kok tega sekali… aku ini belum dikubur, kamu sudah coba
merayu istriku.”
Kang Paijo terkejut dan takut bukan kepalang. Kakinya seperti terpaku
tak bisa digerakkan. Celananya terlihat basah.
***