Selesai
kuliah, Paijo tidak menyangka di dusunnya tumbuh seorang gadis cantik anak Pak
Kiai. Paijo naksir berat. Sejak itu, ia rajin sholat berjamaah
di masjid, dimana Pak Kiai sang bapak gadis sebagai imam. Selain karena pahala,
ada niat untuk menarik simpati Pak Kiai.
Kala kuliah
dulu, Paijo bangun tidur disaat pagi sudah terang. Sekarang tidak lagi.
Subuh itu Paijo
berjuang keras pergi ke masjid. Selesai adzan, semua orang menunaikan sholat
sunnah. Paijo mengambil posisi di shof terdepan di ujung
kanan. Ia melirik ke kiri, dilihatnya Pak Kiai tengah menyelesaikan rakaat
pertama. Segera ia berdiri untuk sholat sunnah. Paijo memang mengambil
kesempatan, agar Pak Kiai melihat dirinya. Paijo berusaha khusyu’. Ruku’ dan
sujudnya sedikit panjang dari biasanya. Dan sampai pada sujud terakhir, Paijo berniat
akan lebih panjang lagi. Agar semua orang bersimpati dan kagum atas kehebatan
sholatnya.
Sudah hampir
setengah jam selepas adzan, Pak Kiai belum memberi aba-aba untuk iqomat. Jamaah
mulai gelisah. Mereka masih menunggu Paijo menyelesaikan sholat sunnahnya.
Sujud terakhir Paijo betul-betul khusyu’ dan lama. Pak Kiai rupanya juga mulai
gelisah karena pagi makin terang. Sejurus kemudian, tiba-tiba terdengar suara
orang mendengkur: “kroooook....
kroooookk... kroookkkk...”
Astaghfirullah, ternyata Paijo yang sedang sujud itu tertidur.