- Tak mungkin mengharap matahari di tengah malam, yang ada bulan atau bintang.
- Visi memberi suasana, ambisi yang merusaknya
- Semalas apa pun, pagi tak pernah sembunyi, meski ia selalu bertopeng.
- Pagi menghadirkan pilihan : mutasi atau tetap disini.
- Tak pernah sama mendapati pagi karena pagi selalu diselimuti enigma.
- Bahkan semangat komunal pun melanda tahu dan tempe.
- Pagi yang ramah ada di rumah, bukan di kantor.
- Selalu saja keheningan pagi ada di pinggiran sawah, bukan di belantara metropolitan.
- Soal kedelai.., tak ubahnya keledai..
- Malam makin menghitam, saat kunang-kunang tetap sembunyi.
- Dan bulan pun tersenyum menyambut malam, tapi tidak malam ini.
- Sore itu tanda datangnya malam. Dan malam ditandai mimpi.
- Dan di kemacetan, Darwin menemukan kebenaran teorinya.
- Di pesta macet, manusia lupa saat dia menentang Darwin.
- Dalam macet, tak ada lagi identitas, tak terkecuali kapitalis, bahkan ustadz.
- Bahkan, manusia lebih memilih macet daripada maghrib.
- Pun maghrib, tak mampu mengurai jalanan yg macet.
- Dan tak mungkin pagi langsung menjadi malam, karena harus melewati siang.
- Dan tak mungkin mengikat pagi pada malam, karena pagi lebih mencintai siang..
- Dan sore tak pernah ragu menentukan tujuannya : Malam.., pasti!!
Pria diburu oleh keabadian, dan kita bertanya pada diri sendiri, …akankah sikap kita dikenang hingga berabad kemudian? …akankah orang asing yang mendengar nama kita lama setelah kita mati, ingin tahu siapa kita, betapa gagah berani kita berperang, betapa besar kita mencintai…” (opening – film TROY)