Di
negeri ini semua orang latah berbicara tentang demokrasi dan reformasi.
Sekarang, orang dengan mudah menyudutkan suatu kelompok atau pemerintah dengan
senjata reformasi atau demokrasi. Demokrasi dan reformasi telah menjadi
"hantu" yang membuat orang takut untuk melawan arus masyarakat yang
mengatasnamakan demokrasi atau reformasi.
Demokrasi
yang kita perjuangkan malah kita sendiri yang menginjak-injaknya. Pemaksaan
kehendak, fitnah, prasangka buruk dan
sikap yang
tidak menghormati pendapat pihak lain telah menjadi santapan kila sehari-hari.
Akankah demokrasi kita perjuangkan dengan memaksakan kehendak dan mengorbankan
rakyat? Kita sering terjebak dalam sikap yang tidak demokratis dan arogan
ketika kita memperjuangkan demokrasi.
Logiskah itu?
Tidakkah
kita memberi kesempatan kepada mereka yang kita kritik untuk memulai berjuang
menegakkan demokrasi dan melaksanakan reformasi dengan senantiasa kita
mengingatkan kekeliruan yang diperbuat tanpa harus memaksakan kehendak dan
mengorbankan nyawa rakyat. Janganlah kita membusungkan dada, membanggakan diri
sebagai reformis, pejuang demokrasi, jika kita belum bisa berlapang dada dengan
kelompok lain.
Haruskah
kita biarkan negeri ini terus dirongrong orang-orang "barisan sakit
hati" yang pada masa orde baru juga berpesta pora tanpa sedetik pun
berpikir untuk menjadi pejuang reformasi dan demokrasi. Janganlah dengan mudah
menyatakan diri sebagai pejuang reformasi atau pejuang demokrasi. Jika kita belum bisa mereformasi diri sendiri.
Kepada
tuan-tuan yang menjuluki diri sendiri sebagai pejuang demokrasi dan reformasi, sikap
dan moralitas tuan-tuan yang kami nilai. Kita pun sudah tahu tokoh mana yang dengan
ikhlas berjuang untuk rakyat tanpa pamrih kekuasaan dan tokoh mana yang haus akan kekuasaan yang tak
segan-segan mengorbankan sebagian orang demi ambisinya. Dan, benarkah tuntutan
tuan-tuan adalah tuntutan kami, rakyat kecil? Janganlah mudah mengatasnamakan
rakyat agar Anda tidak "kualat" jika Anda belum pernah tinggal
bersama mereka dan "mendengarkan" mereka : rakyat kecil.
(FORUM Keadilan : Nomor 20, Tahun VII, 11
Januari 1999, rubrik Forum Pembaca, hal. 9)