Jumat, 30 September 2016

Paijo Sakit Hati



Paijo datang ke dokter untuk berobat. Dokter heran melihat Paijo. Dari tampilan fisik sepertinya tidak ada yang sakit. Jalannya tegak, tidak sempoyongan. Raut mukanya cerah, tidak pucat, juga tidak terkesan kesakitan.
“Apa yang Bapak keluhkan?” Tanya dokter penuh empati.
“Begini Dok: saya sering tiba-tiba demam, panas dingin setiap kali melihat tetangga membeli barang baru. Saya merasa pusing tujuh keliling ketika melihat tetangga satu kompleks membangun rumah bagus. Saat saya mengetahui rekan kerja berangkat tugas keluar kota, tensi darah saya naik dan leher terasa tegang. Dan kemarin, tiba-tiba saya pingsan, setelah mendengar teman seangkatan mendapat promosi.”
“Saya sakit, Dok…dan yang paling sakit, rasanya tuh disini,” ujar Paijo sambil menunjuk ulu hati.
“Tolong, obati saya, Dok...”
Dokter tersenyum dan mulai paham semua keluhan Paijo.
“Maaf, Pak… Anda sepertinya menderita komplikasi hati yang sangat akut. Hati Anda terserang virus HID*). Dan saya tak punya obatnya.”
*) HID = Hasud Iri Dengki.


Selasa, 20 September 2016

Paijo Naik Pesawat

Naik Bis???

Setelah panggilan boarding dan mengantri, tibalah Paijo di depan petugas maskapai dan menyerahkan boarding pas. Sambil menyobek boarding pas, petugas berujar: "Silakan turun tangga dan naik bis". 
Karuan saja, Paijo yang baru kali pertama akan naik pesawat, bingung dan marah. 
"Sampeyan ini gimana to, Mas....Saya itu mau naik pesawat, bukan naik bis...."

***

Berebut Kursi

Paijo segera berebut naik pesawat. Kini, ia senang bisa duduk di kursi paling depan. Sejurus kemudian, seorang penumpang menghampirinya. 
"Maaf Pak..., ini kursi saya," kata orang itu. 
"Enak saja Sampeyan, saya sudah duluan disini," ujar Paijo sambil mendelik sangar. 

Melihat perselisihan itu, pramugari menghampiri. 
"Maaf Bapak-Bapak, boleh lihat boarding passnya?" 

Setelah melihat kedua boarding pass, pramugari berkata pada Paijo. 
"Sesuai boarding pass, Bapak duduknya di belakang, di kursi 30A." 

Paijo pun marah. 
"Mbak, Sampeyan jangan sembarangan ya... Saya itu naik duluan dan dapat kursi ini... Masak Sampeyan seenaknya nyuruh pindah saya ke belakang." 
Paijo terus nyerocos sampai kegaduhan itu terdengar oleh pilot. Dengan senyum dan penuh wibawa, pilot itu menghampiri Paijo. Ia sangat paham menangani penumpang yang baru pertama kali naik pesawat. Setelah memperkenal diri sebagai pilot, ia mulai bertanya. 

"Bapak mau kemana?" 
"Saya mau ke Batulicin," jawab Paijo. 
"Ooo Batulicin...ya..ya... Kalau ke Batulicin, duduknya di kursi belakang, Pak... yang kursi ini untuk penumpang yang turun di Banjarmasin," jelas Pilot. 
"Kenapa ndak bilang dari tadi," kata Paijo sambil buru buru pindah ke bagian belakang.

***

Selasa, 13 September 2016

Paijo Berkurban

Sebelum sholat Idul Adha dimulai, sudah menjadi kebiasaan rutin tiap tahun, selalu diumumkan nama-nama warga yang berkurban.
 

Kini, Paijo duduk dengan dada membusung. Sesekali ia berbisik ke jamaah sebelahnya. 
"Dengarkan ya, nanti ada nama saya. Tahun ini saya kurban sapi..., sendirian," katanya dengan bangga.
 

Satu per satu nama warga disebut. Dimulai dari yang kurban kambing. Lalu, diumumkan mereka yang kurban sapi. 
"Pada Idul Adha tahun ini yang kurban sapi ada 14 orang...," kata takmir mesjid.
 

Paijo mulai gelisah. Tadinya ia menyangka disebut di urutan pertama. Ternyata tidak. Ia makin galau, saat urutan di angka 10, tapi belum juga diumumkan namanya. Hingga orang ke-14 tidak juga disebut namanya. Ia pun kecewa. Agak lama ia tertegun. 

Sebenarnya ia hendak protes, tapi sholat id sudah akan dimulai. Jamaah sudah berdiri, imam sudah membaca takbiratul ikram.
Selesai sholat id, khutbah dimulai. Paijo terlihat stress dan melihat sekeliling mencari-cari seseorang yang datang tempo hari membujuknya untuk berkurban. 


"Kok gak ada, katanya ia panitia kurban," batinnya. 

Selesai khutbah, ia segera berhambur menemui takmir mesjid yang menyampaikan pengumuman kurban.
 

"Pak, nama saya kok gak diumumkan, padahal saya kurban sapi sendirian," katanya sedikit emosi.
"Maaf, Pak..tapi memang ini saja daftarnya," jawab takmir mesjid.
"Bapak kemarin mendaftar kurban ke siapa?" tanya takmir mesjid.
"Saya sudah daftar kurban ke Pak Fulan, saya sudah kasih uang dan katanya panitia mesjid yang akan mencarikan sapinya," jawab Paijo.
 

Takmir mesjid itu mulai paham.
"Ooo.. Pak Fulan.., begini.., Pak Fulan itu panitia kurban mesjid sebelah, bukan disini," kata takmir itu.
"Oh.., jadi, saya ini salah mesjid...maaf ya, maklum, saya jarang ke mesjid."

***