Selasa, 22 April 2014

Juk Ijak Ijuk Ijak Ijuk

Tak ada suara kereta api seperti itu. Tapi, pernahkah Anda naik kereta api? Kalau sudah sering, jangan meneruskan membaca tulisan ini. Kalau belum atau masih jarang-jarang, ada baiknya Anda selesaikan membacanya.

Selama lima tahun, setiap minggu saya naik kereta api jarak jauh jurusan Jakarta PP. Semua kelas kereta api, saya pernah naik. Dari kelas ekonomi biasa, ekonomi AC, bisnis dan eksekutif. Sejak jaman amburadul sampai dengan jaman penertiban dan perbaikan layanan. Jadi, saya bisa membandingkan layanan setelah dan sebelum perbaikan layanan kereta api.

Bagaimana jaman dulu, penumpang bayar tiket diatas, saya tahu.
Bagaimana jaman dulu, naik kereta berjubel, saya mengalami.
Bagaimana jaman dulu, tiket diborong calo, saya tahu.
Bagaimana jaman dulu, kereta ekonomi selalu telat, saya mengalami.
Bagaimana jaman dulu, penumpang berada di toilet, saya tahu.
Bagaimana jaman dulu, penumpang harus menahan kencing, saya mengalami.
Bagaimana jaman dulu, ada penumpang di gerbong disel, saya tahu.
Bahkan, bagaimana dulu Jakarta – Semarang cukup bayar 10 ribu atau malah 5 ribu, saya juga tahu.

Bagi sebagian penumpang kereta api seperti saya -yang dikenal dengan istilah PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad)- bila disuruh memilih akan mencoblos model jaman dulu. Dulu, kita tak perlu repot-repot menyiapkan tiket sejak awal, karena masih dijual tiket berdiri yang tak ada batasan jumlahnya. Jika terpaksa tidak bisa beli tiket berdiri, ya tinggal naik saja, nanti bayar diatas pada kondektur atau petugas lainnya.

Soal tempat duduk, tidak jadi masalah. Bagi penumpang PJKA, mereka tidak suka duduk di kursi sepanjang malam. Mereka memilih menggelar alas tidur atau koran di lantai kereta. Untuk kereta bisnis dengan model kursi satu hadap, mereka memilih tidur dibawah pas depan kursi. Untuk kereta ekonomi dengan model kursi saling berhadapan dan terdapat kolong dibawahnya, mereka memilih tidur di kolong kursi kereta atau di lorong kereta atau di bordes (bagian yang berdekatan dengan sambungan gerbong).

Tidur di lorong kereta tentu ada resikonya, yaitu dilangkahi orang yang lalu lalang bahkan cenderung mengganggu penumpang yang mau lewat misalnya akan ke toilet. Tapi mereka juga tahu diri, ada bagian lorong yang agak luas yaitu di ujung-ujung gerbong. Jika ada yang tidur disitu, biasanya masih menyisakan bagian yang bisa dilewati tanpa harus melangkahi. Untuk yang tidak kebagian ujung gerbong, mereka akan memaksakan diri tidur di lorong setelah lewat malam, pada saat jam tidur dan frekuensi orang yang lalu lalang berkurang.

Dan soal pilihan tidur dibawah ini tidak hanya terjadi pada jaman dulu, masih terjadi hingga sekarang. Rasanya tak mungkin PT. Kerata Api Indonesia (KAI) melarang hal tersebut. Tak mungkin KAI memaksa orang untuk duduk sepanjang malam dengan menahan pegal-pegal di pinggang. Soal ini saya juga setuju, karena saya sendiri memilih untuk tidur dibawah.

Tidur dibawah sudah menjadi fenomena di kereta jarak jauh. Bagi penumpang PJKA, mereka perlu menjaga stamina agar setelah tiba di Jakarta senin pagi, langsung bisa masuk kerja tanpa diganggu rasa kantuk. Tak mungkin duduk sepanjang malam dengan kursi dengan sudut 90 derajat, bisa membuat kita tidur nyenyak. Dan satu-satunya cara adalah tidur dibawah.

Perhatikan saja penumpang PJKA, apa isi tas yang mereka bawa. Tidak lain adalah alas tidur, bantal angin dan koran. Bahkan ada yang membawa selimut atau selimut model kantong mayat.

Mengapa mereka tidak naik kereta eksekutif? Ada yang karena alasan ekonomi dan ada juga yang karena alasan tidak bisa tidur dibawah (di kereta eksekutif). Maka, mereka memilih naik kereta kelas bisnis atau kelas ekonomi. Di kereta eksekutif ada tempat pancatan kaki yang menghalangi untuk bisa tidur dibawah. Dan jika tidur dibawah, rasanya juga tidak etis atau tidak pas dengan kata eksekutif.

Nah, saatnya membagi tips.

Pertama, jika Anda adalah pemula di komunitas PJKA dan agar tubuh Anda tetap fit, tidak capek -meski tiap minggu naik kereta ke Jakarta PP, sepanjang malam,  yang hampir makan waktu kurang lebih 10 jam-, maka ikutilah contoh-contoh diatas, yaitu tidur dibawah.

Kedua, Untuk keamanan barang-barang saat Anda tidur dibawah, ada baiknya baju atau celana yang Anda pakai memiliki kantong tersembunyi untuk tempat barang-barang berharga. Saya biasanya memakai celana pendek kemudian saya rangkap dengan celana panjang. Di saku celana pendek tersebut sudah dipasang resleting. Dompet dan HP saya simpan disitu. Ada juga yang membawa tas kecil dan didekap saat tidur. Tapi menurut saya masih kurang aman, karena orang jahat akan masih mudah mengambil atau merampas tas itu. Berbeda jika barang kita taruh pada baju atau celana yang sudah kita lapisi dengan jaket atau celana luar.

Jika terpaksa membawa barang berharga dan harus masuk tas yang agak besar. Jangan lupa tas tersebut ditaruh diatas ditempat barang dan diikat. Soal keamanan barang-barang, ada hal lain yang perlu Anda perhatikan. Yaitu ketika kereta berhenti dan Anda hendak ke toilet, sebaiknya Anda menunggu sampai kereta berjalan. Terkadang, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang masuk kedalam kereta saat berhenti. Apabila Anda lengah, habislah barang bawaan Anda. Saya tidak menakut-nakuti, karena beberapa kali hal buruk terjadi saat seperti itu. Meski sekarang layanan kereta api sudah membaik, soal keamanan barang belum dijamin. Masih ada tulisan, KAI tidak bertanggungjawab atas kehilangan barang. Ini yang kadang membuat kita agak kecewa. Intinya : pergilah ke toilet saat kereta berjalan. Atau jika waktu kereta berhenti, Anda perlu sekali untuk keluar dari kereta, ada baiknya menitipkan barang tersebut pada penumpang di sebelah Anda. Untuk itu, cobalah berkenalan dengan penumpang di sebelah Anda. Tetapi tetaplah waspada dengan orang yang baru Anda kenal. Pada bagian ini, saya berasumsi Anda naik kereta api sendiri atau tidak bersama dengan rekan atau keluarga.


Ketiga, apabila Anda berangkat naik kereta sore hari, sebaiknya Anda makan malam terlebih dahulu. Harga makanan di kereta lebih mahal dengan rasa yang menurut saya biasa saja. Bisa dimaklumi. Karena saat kereta api berjalan, mereka benar-benar monopoli. Kalau jaman dulu masih ada pedagang asongan yang bebas ikut naik kereta, sekarang sudah mulai ditertibkan. Asongan dilarang masuk kereta dan ikut kereta, meski dibeberapa tempat masih juga membandel. Soal asongan ini, juga yang membuat kita jengkel. Disaat enak-enaknya tidur di tengah malam, tiba-tiba saja mereka masuk dan teriak-teriak : mie-mie, air, kopi, jagung rebus, dsb… Teriakan mereka, benar-benar merenggut mimpi.

Akan lebih bagus lagi, jika Anda sudah mempersiapkan diri dengan membawa air minum dan cemilan lain. Anda akan kecewa dengan harga air minum yang dijual di dalam kereta. Ya itu tadi namanya juga monopoli.

Keempat, jika Anda memutuskan untuk tidur dibawah, sebaiknya membawa perlengkapan sendiri, berupa alas tidur dan bantal. Ada pilihan bantal angin yang bisa dikempes dan ditiup. Koran bekas juga perlu. Mengapa? Nanti Anda akan tahu sendiri manfaatnya. Agak sulit menerangkan dalam tulisan ini. Sebenarnya ada pesewaan bantal dan selimut. Selimut yang Anda sewa, bisa Anda pakai untuk alas tidur. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah : harga sewa. Bagi Anda yang cukup perhitungan, dengan frekuensi naik kereta yang tiap minggu, lumayan juga uang sewa bantal selimut itu jika dapat dihemat. Selain itu, Anda juga tidak mengetahui apakah sebelumnya bantal atau selimut itu sudah digunakan orang lain sebelumnya dan mungkin saja orang itu ngiler… bayangkan!

Ada juga alasan lain, mengapa Anda sebaiknya membawa bantal dan alas tidur sendiri, yaitu seringkali petugas penyewaan bantal selimut ini membangunkan kita untuk mengambil bantal dan selimut itu, padahal kereta masih sekitar satu jam tiba di tempat tujuan. Ini kan cukup menganggu, kita lagi asyik-asyik tidur, tiba-tiba dibangunkan dan akhirnya tidak bisa tidur lagi, karena bantal dan alas sudah diambil. Padahal kereta masih agak lama tiba di tujuan.

Kelima, ini soal tiket kereta. Sekarang membeli tiket kereta relatif mudah. Anda tak perlu antri di loket. Bisa beli lewat online, atau datang ke agen, alfamart dan indomaret. Yang perlu Anda perhatikan juga adalah jumlah tiket relatif terbatas, jadi banyak yang akhirnya tidak kebagian tiket. Apalagi saat weekend atau musim liburan. Anda harus jauh-jauh hari membeli tiket. Pembelian tiket sudah dibuka 90 hari sebelumnya dari hari keberangkatan. Maka, cek hari-hari libur, dan segeralah membeli tiket daripada kehabisan.

Dengan layanan yang makin bagus, kereta makin diminati. Tiket kereta cepat habis. Inilah yang kemudian bagi para PJKA kadang berpikir lebih enak jaman dulu dimana dijual tiket berdiri. Apalagi waktu itu, soal nama di tiket tidak akan menjadi masalah. Asal punya tiket, tak pernah ada pemeriksaan nama di tiket dengan KTP. Pemikiran seperti itu memang salah, dan harus dibenahi. Artinya apa yang dilakukan sekarang oleh KAI sudah bagus. Yang penting banyak saluran untuk membeli tiket ini. Tidak sepeti jaman dulu yang hanya dimonopoli oleh petugas loket KAI.

Kalau sekarang ada yang tidak kebagian tiket ya memang salah sendiri. Kenapa tidak menyiapkan sejak awal. Misalnya tiket di online sudah habis, cobalah pada hari keberangkatan untuk ke loket tiket di stasiun. Kadang ada tambahan gerbong yang tiketnya dijual langsung di loket. Tentu Anda harus antri sejak awal.

Soal harga tiket, memang bervariasi dan ada pilihan yang bisa disesuaikan dengan kantong Anda. Ada kereta ekonomi AC biasa yang mendapat subsidi (PSO). Ini tiketnya bisa dibilang murah meriah. Misal jaman saya dulu, Jakarta – Solo cukup dengan uang 50 ribu. Untuk kereta ekonomi tidak mengenal fluktuasi dan variasi. Semua hari sama harganya. Tanpa mengenal apakah liburan atau weekend. Beda dengan kelas ekonomi komersial, kelas bisnis dan  kelas eksekutif. Ada variasi harga dan makin mendekati hari H makin naik harganya.

Kabar baiknya, ada potongan harga tiket bagi pemegang kartu korpri, anggota TNI dan lansia. Bagi Anda yang PJKA, dengan  kartu korpri, lumayan lah dengan potongan 10 persen bisa buat ganti beli minuman.

Keenam, bagi Anda yang muslim, ada kewajiban yang tetap harus Anda kerjakan yaitu sholat. Soal pilihan apakah dijamak atau tidak, tergantung Anda penganut madzab apa atau kelompok siapa. Mengingat di kereta tersedia toilet dan terdapat air, saya kira lebih mantap di hati jika Anda berwudhu daripada bertayamum. Karena itu, Anda harus punya strategi agar tidak antri di depan toilet saat semua penumpang ingin ambil air wudhu.

Sebaiknya Anda tidak perlu menunggu mepet waktu sholat untuk ambil air wudhu, kira-kira setengah jam sebelumnya segeralah ke toilet pada saat belum banyak orang yang ngantri.

Ketujuh, saat ini, semua kereta sudah dipasangi AC termasuk ekonomi. Meski kadang siang hari masih terasa panas, karena hanya AC split, AC rumahan, tetapi jika malam hari sangat dingin. Untuk itu Anda harus menyiapkan jaket atau selimut. Ada baiknya juga tutup kepala sampai ke telinga.

Kedelapan, siapkan diri untuk bersabar. Acapkali kereta terlambat. Itu soal biasa, kata Iwan Fals. Bisa karena apa saja. Banjir, kecelakaan, tanah longsor atau lokomotif yang mogok. Akibatnya waktu tempuh bertambah dan Anda terlambat tiba di tujuan. Saran saya : santai saja. Sabar dan nikmati. Kalau Anda sudah sejak awal menyadari hal ini, Anda akan lebih siap menghadapi keterlambatan atau lama di jalan. Daripada stress dan akan merugikan kesehatan kita, lebih baik kita manfaatkan untuk browsing, facebook atau twitteran. Jadi, kalau Anda punya gadget, lebih baik dibawa. Tapi ingat, tetaplah berhati-hati dan menjaganya dengan baik.

Kesembilan, bersambung…. (mungkin).

***