Selasa, 13 September 2016

Paijo Berkurban

Sebelum sholat Idul Adha dimulai, sudah menjadi kebiasaan rutin tiap tahun, selalu diumumkan nama-nama warga yang berkurban.
 

Kini, Paijo duduk dengan dada membusung. Sesekali ia berbisik ke jamaah sebelahnya. 
"Dengarkan ya, nanti ada nama saya. Tahun ini saya kurban sapi..., sendirian," katanya dengan bangga.
 

Satu per satu nama warga disebut. Dimulai dari yang kurban kambing. Lalu, diumumkan mereka yang kurban sapi. 
"Pada Idul Adha tahun ini yang kurban sapi ada 14 orang...," kata takmir mesjid.
 

Paijo mulai gelisah. Tadinya ia menyangka disebut di urutan pertama. Ternyata tidak. Ia makin galau, saat urutan di angka 10, tapi belum juga diumumkan namanya. Hingga orang ke-14 tidak juga disebut namanya. Ia pun kecewa. Agak lama ia tertegun. 

Sebenarnya ia hendak protes, tapi sholat id sudah akan dimulai. Jamaah sudah berdiri, imam sudah membaca takbiratul ikram.
Selesai sholat id, khutbah dimulai. Paijo terlihat stress dan melihat sekeliling mencari-cari seseorang yang datang tempo hari membujuknya untuk berkurban. 


"Kok gak ada, katanya ia panitia kurban," batinnya. 

Selesai khutbah, ia segera berhambur menemui takmir mesjid yang menyampaikan pengumuman kurban.
 

"Pak, nama saya kok gak diumumkan, padahal saya kurban sapi sendirian," katanya sedikit emosi.
"Maaf, Pak..tapi memang ini saja daftarnya," jawab takmir mesjid.
"Bapak kemarin mendaftar kurban ke siapa?" tanya takmir mesjid.
"Saya sudah daftar kurban ke Pak Fulan, saya sudah kasih uang dan katanya panitia mesjid yang akan mencarikan sapinya," jawab Paijo.
 

Takmir mesjid itu mulai paham.
"Ooo.. Pak Fulan.., begini.., Pak Fulan itu panitia kurban mesjid sebelah, bukan disini," kata takmir itu.
"Oh.., jadi, saya ini salah mesjid...maaf ya, maklum, saya jarang ke mesjid."

***