Senin, 05 Mei 2014

Jangan Pernah Melawan

Saya penikmat tulisan Pak Dahlan Iskan. Dalam banyak hal, gaya tulisannya  mempengaruhi saya. Setiap Senin, saya rutin membaca Manufacturing Hope-nya Pak Dahlan. Tulisannya mudah dicerna, ada jenaka dan sangat sedikit menggunakan kata asing sebagaimana kebiasaan para pejabat akhir-akhir ini. Ide dan tindakannya juga mengagetkan.

Dan yang selalu saya ingat adalah pesan beliau tentang jangan pernah melawan. Maksudnya adalah bahwa jangan pernah melawan 4 jenis orang ini. Saya punya penjabarannya sendiri.

Pertama, jangan pernah melawan atasan. Sebagai bawahan, ada baiknya tetap mematuhi apa yang diperintahkan atasan. Sepahit apapun itu, jangan pernah melawan secara frontal. Artinya jangan merendahkannya karena dia sudah diatas. Karena dia atasan. Orang yang diatas, jika dijatuhkan akan sakit, sakit sekali. Hindari itu. Masih ada cara lain untuk sekedar mengingatkan atasan. Ada jalan memutar dan ada cara halus tanpa dia sadari. Dan inilah yang sering saya pilih.

Perlu disadari, karir dalam pekerjaan acapkali tergantung kepada atasan kita. Rekomendasi atasan menjadi prasyarat agar kita naik pangkat atau naik jabatan. Bagaimana mungkin jika kita melawannya, dia akan memberikan rekomendasi itu. Justru malah sebaliknya, dia akan menghabisi karir kita. Bahkan membuang kita ke laut.

Sebaik apapun ide kita, jika atasan menolak, jangan kemudian kita balik menyerangnya dengan membodoh-bodohkannya. Masih ada jalan lain agar dia menerima ide-ide kita. Dan tentunya jangan pernah menyerah menyampaikan ide tersebut. Ubah kemasan atau sisipkan pada ide yang lain.

Kedua, jangan pernah melawan orang kaya. Jika Anda masih miskin, atau belum banyak harta, jangan pernah melawan orang kaya. Orang kaya memiliki sumber daya yang melimpah. Sedangkan Anda, sangat terbatas. Anda punya clurit, dia punya senapan. Anda punya senapan, dia punya bazoka, dst. Orang kaya juga bisa membayar siapa saja untuk bekerja padanya. Bahkan bisa membeli seluruh harta Anda.

Melawan orang kaya secara langsung akan sia-sia belaka. Anda mencoba untuk melawannya melalui koran atau majalah atau media. Majalah atau koran itu, akan dia borong habis. Perjuangan Anda kAndas. Paling banter hanya akan berupa desas-desus.

Untuk melawan orang kaya, Anda harus pintar dan butuh strategi. Karena yang mampu menandingi kekuatan harta adalah kecerdikan, sebagaimana Abu Nawas menghadapi raja Harun Al Rasyid yang kaya raya.

Maka, jika Anda tidak memiliki sumber daya apapun, minus kepintaran, sudahlah, terima saja nasib sebagai orang kalah. Tapi, ngapain juga Anda melawan orang kaya, kalau kekayaannya memang hasil jerih payahnya dan bukan karena menindas Anda?

Ketiga, jangan pernah melawan orang kuat. Orang kuat bisa diartikan fisiknya yang tinggi besar dengan tenaga yang hebat. Atau dengan kemampuan beladiri yang tangguh. Sebaliknya Anda orang yang berperawakan biasa saja. Bagaimana Anda akan mengalahkannya? Meraih wajahnya pun Anda takkan sanggup. Butuh kecerdikan tersendiri atau butuh senjata lain.

Orang kuat juga bisa dimaknai sebagai kekuasaan. Orang yang punya kuasa, otomatis dia memiliki kekuatan apapun untuk mempertahankan diri. Anda mencoba melawan sementara Anda tak punya kuasa apapun, apa yang akan Anda Andalkan. Paling banter berdoa, sambil menunggu rezim berganti.

Keempat, jangan pernah melawan orang gila. Bisa diartikan memang benar-benar gila. Maka jika Anda melawannya, berarti Anda juga sudah gila. Tidak ada gunanya Anda melawan orang gila. Semua orang akan menertawakan Anda. Sing waras, ngalah.

Orang gila bisa pula dimaknai dengan mereka yang memiliki ide-ide gila, yang terus berusaha keras mewujudkan ide-idenya. Mereka bekerja keras dan tak pernah putus asa. Anda mencoba untuk menghalanginya. Pasti Anda kewalahan, apalagi niat Anda hanya sekedar menjatuhkannya. Orang dengan ide gila, berpikir melampaui pikiran Anda. Dia punya visi dan mimpi besar. Dan saat ide itu terwujud, tanpa sadar Anda masuk dalam perangkapnya.

***