Senin, 17 Februari 2014

Puso



Terik matahari menyengat tubuhnya yang telah renta
Kepulan asap nikotin lekat dengan wajahnya
Berdiri mematung memandangi buliran padi yang memutih
Keputusasaan menyeruak
Terbayang jerih payah yang tak berarti
Padi puso dimamah hama

Setahun berlalu, saat bahagia itu menghampirinya
Ia telah menjadi petani, bukan buruh tani
Status yang baru disandangnya dikala senja
Hamparan sawah telah menjadi milik keluarga

Semangatnya terus menyala tak seimbang dengan jumlah usia
Jiwa tani sejati telah menghunjam
Putus asa tak lebih dari hitungan detik
Bangkit segera, lupakan duka

Alkisah, berpuluh tahun ia bergelut di negeri sebrang
Demi cita-cita keluarga dan putra-putrinya
Pantang menyerah, meski penjara taruhannya

Kini, cita-cita itu bukan lagi mimpi
Sang putra telah menjadi sarjana
Mandiri dan penuh balas budi

Tetap saja, tak ada bahagia yang sempurna
Ada lubang yang tak lagi bisa ditambal
Kekasih jiwa telah tiada
Disaat bahagia keluarga mulai menyapa