Jumat, 14 Oktober 2016

Paijo & Sayur Asem



Siang itu, Paijo pulang istirahat. Ia menyantap makan siang ditemani istrinya.
“Hmmm… luar biasa…, sayur asem kok segarnya kayak gini,” puji Paijo kepada istrinya.
Istri Paijo tersipu malu. Hatinya girang.
“Aku bikin kan minuman STMJ, Mas, ya…,” kata istrinya sambil beranjak dari meja makan.
Paijo mengangguk tersenyum dengan menahan asin dan rasa lengkuas yang terdampar di mulut dan sempat tergigit.
Gara-gara pujian itu dan tanpa harus Paijo minta, istrinya begitu semangat menyajikan minuman penambah tenaga kegemarannya. Tentu, Paijo sadar apa akibatnya.
“Sebentar, Dik…aku telepon Bosku dulu, mau kasih tahu kalau aku agak telat balik kantor.”
“Iya, Mas…” kata istrinya yang sudah menunggu di kamar.

***

Sementara itu, di kompleks perumahan sebelah, Paiman pulang istirahat dengan hati dongkol. Ia jengkel kenapa bukan dia yang berangkat dinas luar. Dan kegondokannya belum selesai.
“Sayur asem kok kecutnya kayak gini… mosok isinya cuman asem. Kamu bisa masak gak sih!” Kata Paiman.
Istri Paiman mendelik, lalu melawan.
“Kamu bilang apa, Mas… Dasar suami tak tahu terima kasih. Tadi, kamu sendiri kan yang minta dibuatkan sayur asem. Terus, emangnya cukup dengan uang belanja segitu. Dasar suami tak tahu diri……….bla….bla….bla…..”
Tiga kalimat Paiman, dibalas istrinya dengan semprotan paragraf panjang.
Paiman hanya diam menunduk. Rambutnya terlihat memutih. Beberapa helai kumisnya rontok karena getaran suara istrinya.

***