Senin, 03 Oktober 2016

Paijo & Uang Beraroma Balsem


Paiman menggerutu.
“Ini uang kok bau balsem semua, kenapa ya?”
Anggota takmir masjid yang lain tidak menanggapi. Barangkali mereka menganggap sebagai pertanyaan retoris, karena mereka juga punya tanda tanya yang sama. Setelah kotak amal itu dibuka, aroma balsem menyengat di hidung mereka. Tidak biasanya seperti itu.
“Sampeyan pakai balsem, Mas?” tanya Paiman kepada seorang takmir lain.
“Ndak, Mas,” jawab orang itu.
Sambil menghitung dan merapikan uang satu persatu, mereka masih penasaran darimana sebenarnya aroma balsem itu.

Kira-kira setengah jam sebelumnya.....

Ketika kotak amal berpindah dari hadapannya, tanpa sengaja Paijo mendaras wirid “Alhamdulillah” dengan agak keras hingga terdengar jamaah lain. Karena malu, Paijo buru-buru menyenggol jamaah sebelahnya.
“Tolong kotak amalnya, saya belum ngisi,” pinta Paijo.
Kotak amal kembali di depannya. Paijo terlihat ragu.
“Masak sepuluh ribu?” batin Paijo.
Dari rumah ia merasa hanya mengantongi uang sepuluh ribu. Rencananya, ia akan mampir di warung selepas sholat Jumat.
Secara reflek Paijo meraba saku kiri. Ia merasakan ada uang logam disana. Buru-buru, ia ambil koin seribuan itu. Dengan ditutupi tangan kiri, ia masukkan koin itu pelan-pelan agar tidak terdengar bunyi “klotak”.
Sesudah uang logam itu masuk kotak amal, Paijo baru sadar.
“Astaghfirullah....itu kan uang yang aku pakai buat kerokan tadi malam,” ujarnya dalam hati setelah tercium bau balsem dari tangannya.