Kamis, 20 Desember 2012

Budaya Menanam Pohon

Memiliki lingkungan yang sehat, hijau dan asri adalah dambaan kita. Setelah hutan di Pulau Jawa nyaris habis dan begitu pula dengan hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, kita baru menyadari akan pentingnya kelestarian lingkungan. Beberapa kali banjir bandang yang telah terjadi membawa hikmah bagi kita akan perlunya keseimbangan lingkungan. Begitu pula dengan musim kemarau panjang yang kerap kita alami sehingga di beberapa daerah mengalami krisis air bersih adalah pelajaran bagi kita akan pentingnya menjaga persediaan air tanah dan mata air.

Saya kira kita semua telah menyadari akan pentingnya lingkungan yang berkelanjutan, karena memang lingkungan tempat kita hidup sekarang bukanlah semata-mata akan kita nikmati saat ini, tetapi merupakan titipan dari anak cucu kita. Pikiran bahwa dengan menebangi hutan untuk membiayai hidup keluarga tanpa berpikir bahwa kelak anak cucu kita juga berhak menikmatinya adalah sebuah pemikiran yang salah. Saya kira pemerintah telah menyadari dan beberapa tahun terakhir telah muncul gerakan atau kegiatan untuk kembali menanam hutan. Namun gerakan ini baru terlihat hangat-hangat tahi ayam. Ada hal yang lebih penting dari sekedar slogan atau iklan-iklan di media massa yaitu aksi nyata.

Saya tinggal di Sragen, sebuah kota kecil di bagian paling timur Provinsi Jawa Tengah. Dengan lingkungan yang bersih dan masih banyak pepohonan di pinggir-pinggir jalan, jadilah nama Sragen diimbuhi dengan pelengkap Asri menjadi Sragen Asri. Maka tidak heran, kota Sragen menerima Adipura.

Sebelum di Sragen, saya pernah bertugas di Kota Jati di wilayah Sulawesi. Ada dua hal yang sering membuat saya selalu teringat akan Kota Jati. Pertama, setiap saya membaca koran atau menonton berita di TV mengenai penebangan hutan dan kedua, ketika saya melintasi hutan di wilayah Ngawi setiap saya pulang ke rumah orang tua saya di daerah Jawa Timur. Mengapa? alasannya adalah seperti yang pernah saya tulis dalam ''Habis Jati Terbitlah Bencana''.

Pada saat musim kemarau, beberapa daerah di Pulau Jawa seringkali mengalami kekeringan. Beberapa sungai dan bendungan juga kering. Salah satu penyebabnya adalah hutan di dekat hulu sungai telah habis dibabat manusia. Begitu pula dengan nasib air tanah yang mulai mengering. Contohnya di daerah saya sendiri. Karena banyak petani yang memakai mesin disel untuk menyedot air tanah untuk pengairan, telah berakibat keringnya sumur-sumur warga. Tetapi ini pun juga merupakan salah satu imbas dari penebangan hutan dan menipisnya areal hutan. Belum lagi jika musim hujan tiba. Yang terjadi bukan berkah yang kita peroleh, tetapi bencana banjir yang kita alami sebagai akibat ulah kita sendiri.

Solusi utama dari semua permasalahan lingkungan adalah menanami kembali hutan yang telah gundul termasuk lingkungan sekitar kita. Kita tak perlu lagi berdebat panjang akan pentingnya penanaman pohon. Telah nyata bahwa pepohonan telah membawa dampak positif bagi lingkungan kita, antara lain mencegah erosi, menyimpan persediaan air tanah, mencegah polusi udara dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Ini semua harus sejak sekarang kita propagandakan kepada masyarakat.

Saya teringat ketika masa-masa SD, SMP dulu. Ketika tiba musim hujan kami diperintahkan guru kami untuk membawa biji-biji tanaman. Tanaman apa saja dari biji mangga, lamtoro, turi dsb. Setelah terkumpul kami melakukan kerja bakti menanam biji-biji tanama di lingkungan sekolah dan di pinggir-pinggir jalan di daerah kami.

Hikmah yang saya petik dari kegiatan menanam pohon ketika saya SD dan SPM seperti diatas adalah kesadaran dalam diri saya untuk melakukan hal serupa hingga kini. Kesadaran yang kemudian berekmbang menjadi budaya merupakan kunci dari solusi permasalahan lingkungan. Penanaman kebiasan hidup sehat, peduli lingkungan dan gemar menanam pohon dari sejak dini adalah hal yang harus kita lakukan sekarang. Kita harus segera memasukkan budaya menanam pohon ini dalam kurikulum sekolah baik kurikulum SD, SMP maupun SMA.

Memang, jika kita berpikir untuk saat sekarang, rasanya agak terlambat karena kerusakan-kerusakan hutan telah demikian parah. Saya rasa tindakan tegas pemerintah harus dilakukan untuk menghentikan penebangan hutan. Dan kemudian kita mulai kembali dari awal untuk menata hutan kita. Mumpung saat ini pemerintah telah mencanangkan gerakan menanam 1 milyar pohon. Saya kira ini juga menjadi momen yang tepat bagi penegakan hukum khususnya terhadap penebang liar.

Saya kira pemerintah juga dapat membuat gerakan menanam pohon yang dipelopori oleh para PNS dan guru. Saya membayangkan jika semua kantor pemerintah diberi kewajiban untuk menanam pohon di lingkungan  kantor dan sekitarnya, kemudian merawat dan menjaganya, saya kira ini adalah hal yang luar biasa. Belum lagi ditambah dengan sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi yang menggerakkan murid dan mahasiswanya untuk menanam pohon di lingkungannya.

Saya kira kampanye dan gerakan menanam pohon harus terus didengungkan agar segera terwujud lingkungan yang lebih nyaman, asri atau paling tidak hasilnya akan dinikmati oleh anak cucu kita. Janganlah kita biarkan anak cucu kita hidup menderita hanya karena kita tidak sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Janganlah kemudian kita menjadi keledai yang selalu mengulangi kesalahannya. Sudah banyak bencana yang kita alami akibat kerusakan lingkungan yang notabene semuanya karena ulah kita juga. Untuk itu, mari kita menanam pohon sekarang juga....!!!